Kasus Pneumonia Balita di Sambas Terkendali, Dinkes Laporkan Nol Kematian pada 2025

Pojokkatanews.com - Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas merilis perkembangan terbaru situasi kasus ISPA Pneumonia pada balita tahun 2025.

 Meski pneumonia masih menjadi salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada anak di Indonesia, Sambas menjadi salah satu daerah yang menunjukkan tren kasus relatif terkendali. 

‎ ‎Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas, dr. H. Ganjar Eko Prabowo, M.M, menjelaskan bahwa pneumonia masih menjadi tantangan kesehatan global, terutama bagi kelompok usia bayi dan balita. Penyakit infeksi saluran pernapasan akut ini menyerang alveoli atau jaringan paru-paru dan disebabkan oleh bakteri, virus, hingga jamur. ‎ 

‎“Gejala pneumonia pada anak umumnya ditandai demam, batuk, sesak napas, retraksi dinding dada, pernapasan cuping hidung, hingga suara ronki basah akibat penumpukan lendir di saluran napas. Jika frekuensi napas anak lebih dari 50 kali per menit, itu sudah menjadi tanda bahaya,” ujarnya.Rabu (20/11/2025). ‎ 

‎Tren nasional menunjukkan lonjakan signifikan kasus pneumonia dalam tiga tahun terakhir. Pada 2023, Indonesia mencatat 330 kasus dengan 53 kematian. Angka ini melonjak tajam pada 2024 menjadi 1.278 kasus dan 188 kematian, atau meningkat lebih dari tiga kali lipat. ‎ ‎Situasi tersebut berlanjut pada awal 2025. Baru memasuki Januari, tercatat sudah ada 105 kasus dengan 12 kematian akibat pneumonia di tingkat nasional.Namun, kondisi Kabupaten Sambas menunjukkan gambaran lebih baik. ‎ 

‎“Pada 2025, kami mencatat 49 kasus ISPA Pneumonia pada balita, dengan nol kematian. Angka ini bahkan sedikit menurun dibanding 2024 yang mencapai 55 kasus, juga tanpa kematian,” jelas dr. Ganjar. ‎ 

‎Ia menambahkan bahwa capaian ini tidak membuat pihaknya lengah. Upaya pencegahan di tingkat keluarga dan masyarakat tetap menjadi kunci agar kasus tidak meningkat. ‎ ‎dr. Ganjar menerangkan bahwa pneumonia sangat mudah menular melalui beberapa mekanisme Droplet Percikan air liur ketika penderita batuk atau bersin.  Kontak tidak langsung: Menyentuh benda yang terkontaminasi kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut.  Kontak langsung: Berinteraksi dekat dengan penderita. ‎ ‎

“Balita cenderung lebih rentan karena sistem imunnya belum matang. Karena itu, perilaku hidup bersih sangat menentukan risiko tertular,” katanya. ‎ ‎

Dinas Kesehatan Sambas menekankan pentingnya langkah sederhana namun efektif untuk mencegah ISPA dan pneumonia pada anak. Cuci tangan pakai sabun secara rutin. Konsumsi makanan bergizi terutama yang kaya vitamin dan mineral. ‎3. Rutin berolahraga untuk meningkatkan daya tahan tubuh. ‎Hindari kontak dengan orang sakit, khususnya yang menunjukkan gejala ISPA. Gunakan masker saat berada di tempat ramai atau ketika sedang kurang sehat. ‎ ‎dr. Ganjar menegaskan bahwa Pemkab Sambas terus memperkuat edukasi dan layanan kesehatan primer untuk menangani pneumonia sejak dini. ‎ ‎

“Deteksi cepat dan penanganan tepat adalah yang paling penting. Kami minta orang tua segera membawa anak ke fasilitas kesehatan jika muncul gejala seperti batuk berat, demam tinggi, atau sesak napas,” tutupnya. ‎

‎“Dengan situasi yang relatif terkendali dan upaya pencegahan yang terus digencarkan, Kabupaten Sambas berharap mampu mempertahankan tren rendah kasus pneumonia pada balita sepanjang 2025.” tambahnya (Run).


Posting Komentar

0 Komentar