2025, Penderita TBC Capai 449 Kasus


 Pojokkatanews.com - Kasus Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Sambas menunjukkan tren mengkhawatirkan dimana dalam kurun waktu januari hingga Mei 2025 ditemui 449 kasus TBC.

 

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas dr.Ganjar Eko Prabowo mencatat sebanyak 449 kasus TBC dengan tujuh orang di antaranya meninggal dunia akibat penyakit menular tersebut. 

 

"Angka ini mencerminkan tingginya tingkat penularan TBC di wilayah perbatasan ini, dan menempatkan TBC sebagai salah satu masalah kesehatan yang perlu penanganan lebih serius dan menyeluruh," ucapnya. Rabu (14/5/2025).

 

Kata dia, setiap bulan mengalami peningkatan penambahan kasus TBC dengan rentang usia produktif.

 

"Kasus meningkat setiap bulan, dan mayoritas penderitanya berada pada rentang usia produktif, yaitu antara 15 hingga 65 tahun," ujarnya.

 

Dia menilai, tingginya kasus TBC di Kabupaten Sambas karena rata-rata rendahnya pemahaman masyarakat untuk mencegah penularan.

 

"Tingginya jumlah kasus dipengaruhi oleh rendahnya pemahaman masyarakat dalam mencegah penularan, serta masih minimnya upaya investigasi kontak oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama," jelasnya.

 

"Kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri ketika muncul gejala juga masih rendah dan masih menganggap sepele," sambungnya.

 

Kendati demikian Ganjar memastikan bahwa seluruh pasien yang terdata saat ini sedang menjalani pengobatan di Puskesmas maupun rumah sakit. 

 

Merespons tingginya kasus ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas telah membentuk Tim Percepatan Penanggulangan Tuberkulosis (TP2TB), serta menyiapkan regulasi melalui Peraturan Bupati yang akan menjadi dasar hukum penanggulangan TBC di berbagai lini.

 

"Rencana Aksi Daerah (RAD) juga mulai dijalankan, salah satunya melalui program Desa Siaga TBC yang dimulai dari Desa Semangau sebagai proyek percontohan," ungkapnya.

 

"Kerjasama sama dengan SR Yayasan Bina Asri Pontianak juga digalakkan untuk mendukung target eliminasi TBC pada 2030.

 

Pihak Dinas kata Ganjar akan terus  menekankan bahwa upaya struktural tidak akan cukup jika tidak didukung oleh partisipasi aktif masyarakat dalam deteksi dini, pengobatan tuntas, dan pencegahan penularan," tutupnya. (Run).

 

Posting Komentar

0 Komentar